Rabu, 29 Februari 2012

Rintangan Merekrut

Sebagai pelaku bisnis MLM, hendaknya Anda
sensitif merasakan segala rintangan yang di
hadapi downline. Demi meraih kesuksesan
terkadang harus menempuh berbagai
rintangan, khususnya saat merekrut. Tapi jika
gigih mengatasinya, berarti kesuksesan telah di
ambang mata.
Tak bisa dipungkiri, dari sejumlah prospek yang
telah susah payah Anda rekrut, diantaranya
menyatakan keluar setelah menggelutinya
hanya beberapa bulan.salah satu cara
menghindarinya yaitu dengan memberi segala
bantuan yang dibutuhkan prospek, tanpa
menyepelekan urusan Anda sendiri. Karena
bagaimanapun juga, Anda mempunyai bisnis
yang mesti digeluti serius.
Dibanding bisnis lainnya, mungkin cuma MLM
yang sarat dengan proses pembelajaran. Lewat
training yang digelar perusahaan maupun
leader, prospek ditempa agar memiliki jiwa
usahawan. Prospek terlatih menghadapi
penolakan dan kegagalan saat menjual atau
mengajak prospek bergabung. Oleh sebab itu
pakar kebebasan finansial, Robert T. Kiyosaki
lebih mengedepankan soal training, ketimbang
hal-hal penting lainnya.
Di masa-masa training, network marketer
langsung disodorkan pada praktek kehidupan
nyata. Misalnya, melakukan kesalahan,
menghadapi ketakutan, lalu belajar dari
kesalahan, memperbaiki dan mengulangi
prosesnya. Menurut Kiyosaki, sebagai sekolah
kehidupan nyata, perusahaan MLM yang sistem
pendidikannya bagus bisa dijadikan program
pengembangan pribadi jangka pendek terbaik.
Perusahaan MLM itu akan meramgkul setiap
membernya, menuntun ke arah kehidupan
yang melampaui ketakutan dan kegagalan.
Di MLM, bisanya proses pembelajaran dilakukan
sedikitnya setahun. Selama itu pelaku bisnis ini
dididik bagaimana meraih kesuksesan, prinsip
kepemimpinan, keahlian manajemen,
membangun kerjasama tim dan lain-lain.
Berbekal semua itu diharapkan pelaku bisnis
MLM bisa menjadi leader yang mampu
menduplikasikan dirinya kepada segenap
downline di jaringannya, serta dapat merasakan
rintangan-rintangan seluruh downlinenya.
Salah satu rintangan yang umum terjadi
misalnya downline tidak aktif, atau menyatakan
berhenti. Padahal Anda merekrutnya begitu
semangat, setelah memberikan motivasi hingga
mengajaknya mengikuti training. Masalah itu
pasti dialami oleh upline, khususnya di masa-
masa pertama menggeluti bisnis ini. Solusinya
adalah memberikan waktu dan bantuan kepada
downline secara total, tapi tanpa merugikan diri
sendiri. Perlu diingat, bantuan yang Anda
berikan, tidak menjamin mereka tetap bertahan
di bisnis ini.
Dari sekian prospek yang Anda tawarkan
peluang berbisnis, sebagiannya menghormati
betapa Anda telah meluangkan waktu untuk
berbagi, mereka pun lantas setuju ikut
bergabung, tapi ada juga tidak. Anda telah
melakukan yang terbaik untuk mereka, namun
sepertinyanya mereka tidak memiliki keberanian
mengambil resiko. Setelah menyediakan banyak
waktu menjelaskan bukti-bukti kesuksesan
pebisnis MLM, bagaimana cara kerjanya, lalu
tiba saatnya Anda menanyakan apakah mereka
ikut mendaftar menjadi member atau tidak. Jika
banyak yang mengatakan “tidak”, cukup
katakan dalam hati, “beberapa akan ikut,
beberapa tidak. Aku akan terus memprospek.”
Banyak orang, walau punya segudang waktu,
tidak mempergunakannya secara optimal.
Mereka membiarkan waktu terbuang percuma.
Padahal begitu banyak waktu yang Anda
luangkan buat mereka, dan mengarahkan
segala kemampuan yang Anda miliki. Misalnya,
memberikan pemahaman tentang bisnis ini,
membawanya mengikuti training-training atau
mendengarkan cerita sukses orang lain. Lalu,
tiba gilirannya Anda meminta mereka membuat
keputusan.
Minimnya dana bisa menjadi hambatan hanya
jika Anda menginginkan kesuksesan secara
instan. Dan sebaik-baik investasi bisnis, adalah
yang tidak memberatkan dana yang di miliki.
Salah satu penyebab mengapa pengeluaran
lebih besar dibanding pemasukan adalah
kesalahan mengelola bisnis. Lebih banyak
pengeluaran seperti biaya transportasi menemui
prospek, ditambah biaya pulsa telepon untuk
menghubungi prospek, tetapi tidak
menghasilkan satu pun jaringan downline.
Setelah membeli starter-kit, satu-satunya cara
menghemat biaya adalah dengan berusaha
memasarkannya kepada prospek. Jika berhasil
terjual dan mendapat keuntungan, gunakan
hasil penjualan untuk membeli produk, begitu
seterusnya.
Karena kurangnya modal sering menjadi
penyakit bisnis. Prospek, ataupun downline
tidak melakukan pembelian produk. Alasannya
beragam, kurangnya modal atau harganya
dianggap kelewat mahal. Kurangnya modal
juga bisa terjadi jika salah menjalankan bisnis
ini. Mereka terobsesi membangun jaringan
dengan cepat. Padahal proses tersebut tidaklah
berlangsung dengan cepat melainkan memakan
waktu lama. Jadi, biaya yang dikeluarkan dalam
perjalanan menemui prospek maupun
menghubungi lewat telepon cukup besar.
Apakah Anda tipe orang yang mudah depresi
ketika mengalami kegagalan lalu putus asa?
Apakah kegagalan downline juga mudah
mempengaruhi pikiran? Jika ya, maka yang
harus dilakukan adalah dengan menjadi pribadi
yang senantiasa optimis. Ingatlah selalu bahwa
bisnis MLM merupakan permainan angka-
angka. Semakin sering Anda menjual dan
merekrut, kesuksesan tidak terlalu sulit untuk
diraih.
Cobalah melakukan penjualan agar diperoleh
keuntungan eceran. Dari keuntungan itu,
perputaran arus barang dapat langsung dengan
cepat, sehingga perolehan poin pun bertambah
pesat. Membangun tim lebih sulit ketimbang
memasarkan produk. Mereka yang punya stok
produk besar, belum tentu seorang yang
mampu membangun suatu tim, walaupun
sukses dengan penjualan. Tapi, saat mereka
mencontoh Anda dengan pengalaman yang
sedikit, tapi tidak menemukan kesuksesan,
mereka akan berhenti. Lalu, mengembalikan
semua stok produk demi meminimalkan biaya
yang dikeluarkan.
Ketika menjual dan menawarkan peluang bisnis
itu tentu tidak berjalan dengan mulus. Tidak
semua orang menyatakan antusias, tak sedikit
di antaranya menolak. Jika Anda gagal
mengatasi penolakan dan kegagalan, hindari
perasaan depresi yang berlarut-larut. Jadilah
seorang optimis sejati. Lanjutkan penjualan dan
mensponsori sebanyak mungkin, sehingga
sukses dapat diraih. Orang yang gagal itu
adalah orang yang menyerah sebelum
berperang. Walaupun bisnis ini banyak
mencetak jutawan dari berbagai lapisan sosial,
namun kepercayaan masyarakat terhadap
industri ini masih miring. Apalagi sekarang
banyak bisnis yang berkedok MLM tapi
merugikan banyak orang, semakin
menimbulkan efek negatif terhadap bisnis MLM.
Mereka selalu diliputi pikiran miring terhadap
bisnis ini, maka Anda selaku network marketer
sejati bertugas membersihkannya.
Saat memprospek, hindari mengatakan berapa
jumlah penghasilan yang akan Anda dapat
melalui bisnis MLM, karena sebagian dari
prospek tidak akan mudah mempercayainya.
Mereka hanya akan menimpali bahwa bisnis
MLM bukanlah bisnis yang logis dengan jumlah
bonus yang terlalu dibesar-besarkan para
upline. Kemudian mereka akan menyebutkan
beberapa nama pelaku bisnis MLM yang setelah
ikut bergabung, tetapi gagal. Dan mengatakan
bahwa Anda hanya menghambur-hamburkan
waktu. Jika pikiran negatif terus-menerus
terdengar, maka dikuatirkan Anda kehilangan
rasa percaya diri, kemudian menjadi pesimis
terhadap bisnis yang sedang digeluti. Yang lebih
buruknya lagi, pikiran negatif tersebut datang
dari keluarga atau teman-teman terdekat. Untuk
mengatasinya, cukup tekankan dalam hati
bahwa sesungguhnya mereka hanya belum
memahami bisnis MLM, lalu lanjutkan kembali
bisnis Anda.
Maka kepada mereka,hindari menyebutkan nilai
nominal yang diperoleh di MLM, sebab mereka
akan segera menepisnya dengan menyebutkan
beberapa orang yang gagal. Jika terpengaruh,
dikhawatirkan Anda akan melupakan kekuatan
dari bisnis ini, lalu berhenti di tengah jalan.
Bukan mustahil, kondisi semacam itu juga akan
menggerogoti downline di jaringan Anda.
Yang perlu dicamkan kemudian adalah bahwa
segala sesuatu yang negatif yang mereka
lontarkan tidak sebanding dengan peluang dan
kesempatan yang dihasilkan dari bisnis MLM,
yakni menjadi jutawan.
Sumber: LEADER Edisi 7/20 September-20
Oktober 2007
Koment Anda ...
0 komentar:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar